Sekolah Indonesia Pertama Bagi Anak TKI di Sabah, Malaysia
Pengantar Bibiana Pulo Beda.
Cerita oleh Anselmus Masan Rumat ![]() | |
Bibiana Pulo Beda, Pahlawan Pendidikan Sumber foto Bibiana Pulo Beda |
Siang itu, seorang wanita separuh tua melangkah dari satu rumah ke rumah lain. Beliau menawarkan jasa mengajar. Hanya itu. Namun, Niat tulus dibalas dengan pandangan remeh, bercampur rasa tidak percaya dari banyak orang. Meski begitu, katanya tidak apa-apa.
Ibu itu mengaku sudah biasa diperlakukan seperti itu. Diberi perlakukan begitu pastinya ada derai air mata. ya begitulah dunia nyata. Tak semua berjalan mulus.
![]() | |||
CLC Budi Luhur 01 Biah Foto oleh Anselmus Masan Rumat |
“Cita cita saya hanya satu, memperjuangkan pendidikan untuk anak para TKI” Kata wanita separuh tua itu.. Beliau bernama lengkap Bibiana Pulo Beda.
Sekolah itu terletak beberapa KM dari pekan Keningau, Sabah Malaysia. Untuk aksesnya 1-2 KM dari jalan Raya Umum Batu 5. Dengan menumpang taksi kami menyusuri jalan menuju sekolah tersebut. Hari itu saya berburu perita. Target kami ingin mengulas tentang cikal bakal berdirinya sekolah Indonesia. Bibiana Pulo Beda adalah nara sumber utama kami.
Satu tahun mengabdi, Bibiana Pulo kemudian mutasi jabatan menjadi kepala sekolah. Sekolah itu diresmikan diberi nama CLC Budi Luhur 01 Biah. Usaha diam diam ini diketahui oleh kepolisian diraja Malaysia. Tak menunggu lama, Kepala kepolisian Malaysia Keningau kemudian memberi penghargaa kepada Bibiana Pulo Beda. Selang beberapa bulan moment itu, penghargaan susulan diberikan oleh kepala konsulat Republik Indonesia dan sekolah CLC Budi Luhur 01 Biah resmi didirikan, menjadi sekolah Indonesia pertama khususnya di Sabah Malaysia.
"Awalnya Konsulat tidak mengetahui aktivitas ini, konsulat baru tahu setelah saya di beri penghargaan oleh Kepolisian Diraja Malaysia'. Cerita Bibiana Pulo dengan nada Rendah.
Sekolah itu terletak beberapa KM dari pekan Keningau, Sabah Malaysia. Untuk aksesnya 1-2 KM dari jalan Raya Umum Batu 5. Dengan menumpang taksi kami menyusuri jalan menuju sekolah tersebut. Hari itu saya berburu perita. Target kami ingin mengulas tentang cikal bakal berdirinya sekolah Indonesia. Bibiana Pulo Beda adalah nara sumber utama kami.
Setelah belok kiri dari jalan raya umum, kami mulai melintas di jalan dengan kondisi belum diaspal, masih tanah, permukaan jalan tidak rata, di beberapa titik tertentu berlubang. Masih banyak berbentuk bebatuan kasar. Semak belukar, pohon sawit dan beberapa tumbuhan lain padat menghiasi kiri dan kanan jalan. Pemandangan itu sekaligus menjelaskan bahwa sekolah CLC Budi Luhur 01 Biah berada jukup berjarak dari pemukiman warga. Kalau menggunakan kendaraan, dari jalan raya umum, butuh sekitar beberapa menit untuk sampai tiba di lokasi sekolah itu.
“Nasip tadi malam tidak hujan. Kalau hujan kita tidak bisa sini (melewati di jalan ini dalam terjemahan Bahasa Indonesia)” kata supir taksi dengan aksen melayu kental. Dia mulai melanjutkan, kalau hujan, Kita harus turun di jalan raya umum dan jalan kaki ke sekolah itu.
“Saya menjadi TKW untuk menjadi tulang punggung keluarga” jelas Bibiana alasan menjadi TKW ketika itu.
Larut dalam cerita masa silam, Pengelolah CLC Budi Luhur 01 Biah itu lalu menceritakan akibat terbentuknya CLC Budi Luhur 01 Biah, karena dipicu oleh perubahan fenomena pendidikan di kerajaan Malaysia pada tahun 2002.
Kedatangan kami disambut ramah dengan senyum penuh ramah Bibiana Pulo Beda. Beliau langsung mengarahkan kami ke dalam ruang guru. dia meninggalkan kesibukan dikelasnya. Waktu itu beliau tengah berada dalam ruangan kelas 1 Sekolah Dasar (SD).
Mengenal Kehidupab Bibiana Pulo Beda sebelum mengajar di CLC Budi Luhur 01 Biah.
Bibiana Pulo Beda mengatakan dirinya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Sabah (salah satu Negeri bagian Malaysia) belazen tahin silam. Ibu dua anak itu menjadi TKW selama 8 tahun. Sebelumnya Bibiana pernah mengajar di Sekolah Dasar Inpres Balenuba Nihaone Adonara Timur selama 6 tahun. Dalam tahun itu dia pernah gagal sebanyak 3 kali tes Pegawai Negeri Sipil (PNS). Karir guru di tanah kelahirannya berakhir ketika guncangan ekonomi keluarga mulai bertambah.
![]() | ||
Bibiana bersama rekannya CLC Budi Luhur 01 Biah Sumber Facebook CLC Budi Luhu 01 Biah |
Sebelum tahun 2002, hampir semua anak TKI Sekolah di sekolah kerajaan Malaysia. Namun pada Tahun 2002 anak pendatang (sebutan bagi snak TKI) di DO (Drop out) dari sekolah Kerajaan Malaysia (sekolah milik kerajaan Malaysia). Berangkat latar sebagai pengajar, pada tahun 2005 Bibiana menuaikan keinginan untuk mengajar anak TKI. Dia bekerjasama dengan beberapa orang temannya.
Sampai pada tahun 2006 murid murid sekolah murid sekolah 70 anak SD (Sekolah Dasar), terdiri dari kelas 1 dan kelas 2. Konsulat Jendral Republik Indonesia bersama Kepala Polis Keningau dan Pegawai Daerah Keningau Malaysia (Kepala kalau Daerah Indonesia disebut Bupati) meresmikan CLC Budi Luhur 01 Biah pada 29 Maret 2007.
“Karena pendidikan merupakan kebutuhan” tegas Bibiana dalam ruang guru tersebut.
Beberapa saat bercerita, kami kermudian bergerak ke salah
satu ruang kelas. Sapaan salam hormat anak anak cukup di
tekan di sekolah itu. Sekolah itu memiliki beberapa ruang kelas yang masih berlantai tanah, beratap seng tanpa plavon, dan anyaman kawat dijadikan
sebagai jendela kelas. Tampak beberapa ruangan masih setengah tembok.
Butuh perbaikan jalan menuju CLC Budi Luhur 01 Biah.
Saya susah
membayangkan pemandangan seperti apa yang terjadi jika musim hujan tiba? Ketika musim hujan tiba, Anak anak ini
terkadang tidak berangkat ke sekolah karena akses jalan bertanah itu kemudian
berubah menjadi lumpur. Keadaan ini menyebabkan kendaraan susah melintas. Benar
kata supir taksi tadi. Jika hujan deras, apakah proses belajar mengajar bisa kondusif dalam ruang kelas tanpa plafon
itu? Mungkin perubahan yang akan menjawabnya.
Miris. Itu
perasaan yang tiba tiba tumbuh dalam hati saya. Di luar ruangan tampak orang tua murid sedang menunggu untuk menjemput
sang buah hati mereka. Mereka sebagian besar adalah perempuan, terlihat hanya beberapa
orang bapa – bapa. Mereka ini dinamakan TKI, dan dikenal dengan sebutan pahlawan visa. Devisa negara dari TKI cukup besar untuk kontribusi Negara. Disini mereka menyaksikan pendidikan sang buah hati dalam fasilitas, masih bersahaja.
“Tetap belajar apapun kondisinya”, itu doa yang terbersit dalam
perasaan.
Belakangan diketahui itu merupakan lokasi baru CLC Budi Luhur 01 Biah. Beberapa tahun lalu lokasi sekolah itu berada di tempat yang berbeda. Bibiana mengatakan Sebelumnya lokasi sekolah lama berada tidak jauh dari lokasi baru. Alasan pindah lokasi karena tuan tanah di lokasi lama tidak mengijinkan sekolah berdiri lagi dengan suatu alasan untuk keperluan tertentu.
“Jadi kita menyewa lokasi ini dengan harga RM 2.700/tahun (RP 9.450.000,00 jika RM 1 = RP. 3.500,00)” kata wanita Kelahiran Adonara itu.
Siapa sangkah
sekolah sederhana itu didirikan dari perjuangan yang tidak biasa. Perjuangan
yang mempunyai kisah piluh tersendiri. Bibiana mengatakan, Sekolah itu dibentuk
dari Kata-kata kasar dan dengan taruhan rasa malu dan derai air mata. Dia
mengaku, Gaung ketidaksukaan orang terhadap dia pun terdengar berulang kali di
telinganya. Namun dia tidak pedulikan itu. Yang ada dalam pikiran wanita
kelahiran Adonara ketika itu adalah anak anak pendatang atau perantau harus
bisa sekolah dan mengenyam pendidikan.
“Pendidikan merupakan suatu keharusan”, tegas bibiana sedikit
mengernyitkan dahi pertanda serius. Beliau melanjutkan, Kini Jumlah Siswa/i CLC Budi Luhur 01 Biah sebesar 710, terbagi SD 500 dan SMP 210. Sampai saat ini, sejarah mencatat sudah 6 angkatan yang lulus dari CLC Budi Luhur 01 Biah. Anak didik CLC Budi Luhur 01 Biah juga pernah beberapa kali terlibat di beberapa kompetisi. Pernah juara, pernah membawah nama baik sekolah, dan pernah mengikuti kompetisi sehat lainnya.
Semangat dari guru-guru, anak-anak, orang tua dan campur tangan pihak lain tentang pentingnya pendidikan membuat CLC Budi Luhur 01 Biah bergerak ke arah makin cerah. Beliau mengaku kini mereka sudah bisa bernapas legah. Sejak 2011, pemerintah memberikan bantuan berupa dana BOS, Bea Siswa dan BOP untuk siswa/i dan guru-guru diberikan intensive.
"kami merasa senang, karena masih diperhatikan seperti warga negara Indonesia pada umumnya", ujar kepala sekolah itu tersenyum.
Semangat dari guru-guru, anak-anak, orang tua dan campur tangan pihak lain tentang pentingnya pendidikan membuat CLC Budi Luhur 01 Biah bergerak ke arah makin cerah. Beliau mengaku kini mereka sudah bisa bernapas legah. Sejak 2011, pemerintah memberikan bantuan berupa dana BOS, Bea Siswa dan BOP untuk siswa/i dan guru-guru diberikan intensive.
"kami merasa senang, karena masih diperhatikan seperti warga negara Indonesia pada umumnya", ujar kepala sekolah itu tersenyum.
Masih terpatri
rapih sebuah lagu yang dinyanyikan oleh seorang murid di sela obrolan kami dalam ruang
guru CLC Budi Luhur 01 Biah pada Juli 2018 silam itu. Saat itu beberapa orang murid
tengah pemantaban latihan untuk tampil pada suatu perlombaan tertentu. Dalam suasana bersahaja itu, lagu "Indonesia Pusaka"
pun dinyanyikan dengan penuh perasaan dan hati hati.
Yang tau boleh nyanyi bersama-sama.
Indonesia Pusaka
Ciptaan : Ismail Marzuki
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
Ada syair sederhana untuk menutup tulisan ini.
Perjuangan memang tiada yang sia sia.
Selalu ada kemudahan jika kita selalu mendekatkan diri kepada sang
pemberi hidup.
Berjiwa nasionalis tinggi merupakan
salah satu dari berbagai cara untuk mengucap beribu kata syukur melalui Indonesia pertiwi.
Tidak mudah untuk menciptakan sejarah tapi dengan ini dengan sendirinya
terbentuklah sebuah sejarah baru. Sebuah sejarah yang terus dilestarikan oleh
generasinya.
Tidak ada zaman yang tidak membawah perubahan. Selain dari perubahan
itu sendiri untuk merubahnya.
Merah putih cilik berkelinang di mata dalam kebanggaan. Sangat elok
untuk menyebut mereka adalah pejuang merah putih. Nasionalisme kalian luar
biasa.
Bangga pernah bersama kalian. Oleh Anselmus Masan Rumat
Comments
Post a Comment