Bidadari Cilik tak Bersayap


Catatan seorang ayah yang kurang ajar. Mungkin orang akan mengatakan demikian. Tidak salah kalau ibumu juga mengatakan begitu..
Malaikat Cilik... Gloria Sayang.

Cerita Oleh Ancis Lamablawa.
Hidup ini egois. Tapi orang tidak tau apa yang dikatakan itu egois. Saya harap kamu bisa menjelaskan tentang semua kebingungan yang belum ada jawabannya. kisah ini ditulis oleh seorang ayah kepada anaknya. Berharap anaknya akan bisa menjawab tentang semua permasalahan yang ada di sekitar mereka.
Sore itu sang ayah duduk dalam sebuah ruangan kantor. Pintu kantor berada tepat dihadapannya. Belakangan diketahui ruang itu milik Pemerintah kota Yogyakarta. Dinas Lingkungan Hidup. begitu orang menyebutnya.
Usai menggaruk kepalanya, sang ayah lalu membuka laptop. Tak lama kemudian jemarinya mulai menari diatas keyboard Samsung warna putih miliknya. Dia kemudian menuangkan hal yang ada dalam pikirannya dalam bentuk tulisan.
Dear Malaikat cilikku……
“Pintu persegi panjang itu memberi ruaang untuk saya memandang keluar. di luar ada seebuah mobil  Dinas milik Pemeerintah kota Yogyakarta. warna biru di mobil itu tampak tidak jelas karena resolusi beberapa pori-pori ditutupi rintik hujan yang tidak tau kapan berhentinya.
Rintik hujan memberi wajah kusam pada warna yang seharusnya terang. Seakan seebuah penghalang yang sangat sesak bila bernapas. Napas dan perasaan saya mulai bergejolak tidak menentu. Tidak menentu dengan berbagai pikiran yang terlintas dalam pikiran. Ada pikiran yang berlalu begitu saja. Ada yang berlalu namun datang kembali. Ada pula yang tidak berlalu namun tetap pada posisinya. Sepertinya lem kuat yang dilem pada telapak sepatu yang sudah harus di renovasi.
Di meja bagian belakang yang penuh dengan berkas berkas itu saya Paham tentang suatu hal. Suatu hal yang enggan saya tulisankan. Tapi…… kalau tidak ditulis kapan baru dada ini bisa menghembuskan napas yang lebih lega. Sebuah inspirasi tiba tiba muncul. Inspirasi tentang bahwa saya harus menulis.
Bahwa….. Saya merindukan kamu Malaikat cilikku. Malaikat cilikku, saat saya menulis surat untukmu, Di luar langit masih muntahkan cairannya. Saya tidak tau itu kapan berhentinya. Tapi peristiwa itu tidak mnjadi penghalang bahwa saya harus jujur pada kamu. Bahwa saya mencintaimu. Cinta itu luar biasa dan begitu iklhas.
O ia rasa sedihnya karena saya belum pernah berada di sampingmu. Belum pernah menimangmu dikalah kamu ingin melihat paras seorang ayah. O ia, Saya paham suatu hal Malaikat cilikku. Hal Tentang seorang ayah yang kurang ajar. Dan itu adalah saya. Tidak bisa berada di sampingmu di saat kamu butuh bantuan. Mungkin bantuan itu tidak berat. Hanya membersihkan popok mu pun saya belum pernah lakukan itu.
Tapi saya punya sebuah rencana, punya sebuah pandangan untukmu Malaikat cilikku. Pandangan itu hanya sederhana. Ketika saya tidak mengucapkannya pun, saya yakin kamu Malaikat cilikku pasti akan tau. Itu adalah…….Kelak kamu akan mengatakan bahwa kamulah pahlawan. Pahlawan yang bisa membela kebenaran dengan pikiran analisismu yang luar biasa.
Bahwa hidup itu sederhana. Maka sederhanakan semua masalah yang seharusnya. Bukankah sederhana itu bisa membuat kita lebih harmonis. Saya yakin kamu adalah pribadi yang sederhana, pikiran dengan apa adanya. Ingat Malaikat cilikku, manusia selalu lebih  besar daripada masalah apapun. Akhirnya, kamulah pejuangnya Malaikat cilikku…….
Malaikat cilikku…… Kamu adalah anakku yang lahir ditengah suasana yang tegang yang begitu luar biasa. Lahir diantara perdebatan yang belum ada solusi ataupun jalan keluarnya. Lahir diantara pikiran pikiran yang tidak mau mengalah satu sama lain. Lahir diantara suasana perarasaan perasaan yang merasa bahwa yang ada adalah kebenaran yang mutak/sesungguhnya. Padahal itu tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Malaikat cilikku ingat selalu ada sisi tak terlihat, tergantung dari sisi mana kamu melihatnya.
Malaikat cilikku……Kamu adalah pemberani diantara semua yang ada, baik itu salah, keliru, benar atau apapunlah. Yang jelas,   Kamu adalah kesatria cilikku. Karaktermu dibentuk dari keadaan yang penuh tantangan. Maka kamu adalah kekuatanku Malaikat cilikku. Maka Jadilah lebih baik dari saya. Malaikat cilikku….. jadilah lebih berhasil daripada saya. Malaikat cilikku saya sangat mengidolakan mu…..
Malaikat cilikku. Saya tidak pernah lelah untuk memanggilmu. Rasa penat itu sudah bergabung dengan udara yang kian detik daya mnghidrup. Oksigen itu memberi saya energi baru untuk melihatmu. Saya ingin sekali meliaht kamu tertawa, menangis dan cemberut dibibirmu ketika saya tidak mengkhendaki kemauanmu.
Malaikat cilikku….. Kamu adalah generasi penerusku. Generasi yang suka tantangan. Saya suka jalur hidupmu sayang. Kamu bisa berjalan sambil menoleh ke kiri, kanan, depan belakang selagi kamu masih berada di jalur hidupmu. Malaikat cilikku... Kamu adalah putriku dengan paras penuh charismatik. Elok rupa lagi menawan. Begitu saya menyebutnya malaikat cilikku.
Malaikat cilikku.. tanpa saya memberi tahu pun kamu pasti tahu. Kamu adalah terlahir dari darah pernikahan dua suku yaitu Lamabelawa dan Goran Tokan. Kedua suku itu berada di buim Adonara. Tetap junjung nilai budaya Adonara Malaikat cilikku. Kita adalah Adonara. Harga diri kita adalah Adonara. Adonara adalah Indonesia. Jiwa nasionalis ada padamu malaikat cilikku.
Kring kring kring. Tiba tiba…. Bel pulang kantor pun berbunyi. Ayah itu pun beranjak dari kantor tersebut. Sambil bernapas pelan ditengah jalan, ayah itu berkata I love you so musch Babe. I wish you’re here. Malaikat cilikku……………………….


     Jl. Bimasakti No.1 Yogyakarta, 13 November 2017…..


Comments